Senin, 17 Mei 2010

Secara sadar atau tidak sadar, kehidupan kita tidak bisa terlepas dari mikroba, terutama bakteri. Bakteri di sekitar kita berukuran sangat keci, tetapi memiliki dampak yang besar bagi kehidupan. Sebagian besar bakteri memiliki dampak negatif bagi kehidupan. Berikut ini adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

Penyakit Tuberkulosis (TBC)
Mycobacterium tuberculosis (MTB) adalah spesies bakteri patogen dalam genus Mycobacterium dan agen penyebab kebanyakan kasus tuberkulosis. Pertama ditemukan pada tahun 1882 oleh Robert Koch, M. tuberkulosis tidak biasa, lapisan lilin pada permukaan sel (terutama asam mycolic), yang membuat sel-sel kebal terhadap teknik Pewarnaan Gram; dan asam-cepat. Fisiologi M. tuberculosis sangat aerobik dan membutuhkan oksigen tingkat tinggi. Bersifat patogen pada sistem pernapasan mamalia, MTB menginfeksi paru-paru, menyebabkan tuberkulosis.
Genom M. tuberculosis ini diurutkan pada tahun 1998. M. tuberculosis memerlukan oksigen untuk tumbuh. Ia tidak mempertahankan sifat bakteriologis apapun akibat kandungan lemak tinggi dalam dinding, dan dengan demikian bukanlah Gram positif maupun Gram negatif; maka digunakanlah pewarnaan Ziehl-Neelsen, atau asam-cepat. Sementara mikobakteri tampaknya tidak cocok dengan kategori Gram-positif dari sudut pandang empiris (yaitu, mereka tidak menyimpan sinar kristal violet), mereka digolongkan sebagai bakteri Gram-positif asam-cepat karena hilangnya membran sel yang luar.
M. tuberculosis membelah setiap 15-20 jam, sangat lambat dibandingkan dengan bakteri lainnya, yang cenderung memiliki waktu pembelahan diukur dalam menit Escherichia coli dapat membagi kira-kira setiap 20 menit). Bakteri ini adalah basil kecil yang dapat menahan desinfektan lemah dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering selama berminggu-minggu. Dinding selnya tidak biasa, kaya lipid (misalnya, asam mycolic), mungkin bertanggung jawab atas penolakan ini dan merupakan faktor virulensi utama.
Ketika di paru-paru, M. tuberculosis diambil oleh alveolar makrofag, tetapi mereka tidak mampu mencerna bakteri. Dinding selnya mencegah fusi dari fagosom dengan lisosom. Secara khusus, M. tuberculosis memblok molekul yang menjembatani, awal endosomal autoantigen 1 (EEA1); Namun, blokade ini tidak mencegah fusi vesikula penuh dengan nutrien. Akibatnya, bakteri berkembang biak tak terkendali di dalam macrophage. Bakteri juga membawa gen UreC, yang mencegah peningkatan keasaman dari fagosom. Bakteri juga menghindari pembunuhan macrophage dengan menetralkan nitrogen intermediet reaktif.
Kemampuan untuk membangun M. tuberculosis mutan dan menguji produk gen individu untuk fungsi-fungsi tertentu secara signifikan telah mengembangkan secara signifikan pemahaman kita tentang patogenesis dan faktor virulensi M. tuberculosis. Diketahui banyak protein disekresikan dan diekspor penting dalam patogenesis.

Variasi Strain
M. tuberculosis tampaknya secara genetis beragam. This genetic diversity results in significant phenotypic differences between clinical isolates. Keragaman genetik ini menghasilkan perbedaan fenotipik yang signifikan antara isolat klinis. M. tuberculosis menampilkan regangan struktur populasi biogeographic dan garis keturunan yang berbeda yang terkait dengan wilayah geografis yang berbeda. Studi fenotipik menunjukkan bahwa variasi jenis virus ini tidak pernah memiliki implikasi untuk pengembangan diagnostik dan vaksin baru. Mikro-evolusi variasi relatif mempengaruhi kebugaran dan dinamika penularan strain resisten antibiotik.

Hypervirulent strain
Wabah Mycobacterium biasanya disebabkan oleh strain hypervirulent M. tuberculosis. Dalam percobaan laboratorium, isolat klinis tersebut menimbulkan Immunopathology tidak biasa dan mungkin baik hyperinflammatory atau hypoinflammatory. Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar mutan hypervirulent telah menghilangkan enzim modifikasi dalam dinding sel atau regulator yang menanggapi rangsangan lingkungan. Studi-studi tentang mutan ini mengindikasikan mekanisme kemampuan M. tuberculosis untuk menutupi penuh potensi patogen, merangsang sebuah Granuloma yang menyediakan ceruk pelindung dan memungkinkan bakteri untuk mempertahankan infeksi berkepanjangan.


Bakteri Mycobacterium tuberculosis

Definisi Penyakit Tuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri MTB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar bakteri TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Bakteri Tuberkulosis : Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Cara Penularan :
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Resiko Penularan :
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara 1 - 2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.

Riwayat terjadinya Tuberkulosis
Infeksi Primer :
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) :
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis :
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru. Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.

Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati :
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai ?kasus Kronik? yang tetap menular (WHO 1996).

Pengaruh Infeksi HIV :
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Gejala - gejala Tuberkulosis
Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :
Dahak bercampur darah.
Batuk darah.
Sesak napas dan rasa nyeri dada.
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

Penemuan pederita Tuberkulosis (TB)
Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Orang Dewasa.
Penemuan penderita TB dilakukan secara Pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan Passive Promotive Case Finding. Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian.Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu pagi, sewaktu (SPS).

Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Anak.
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberkulin.

Pencegahan
Pencegahan ini meliputi :
Sebelum terjadinya sakit
1. Health promotion/promosi kesehatan
Usaha-usaha yang dilakukan yaitu mempertinggi daya tahan tubuh seperti:
1) Makanan yang bergizi (seimbang)
2) Olah raga yang teratur.
3) Memeriksakan diri secara teratur (ceck up)
4) Tidur yang Cukup
5) Menghindari penggunaan NAPZA, seperti; narkotika, alkohol, rokok dan sebagainya.
6) Menghindari melakukan perilaku sex yang menyimpang (misalnya; berganti-ganti pasangan dsb).
7) Mengurangi stres yang berlebihan (misalnya; rekreasi yang cukup).
8) Memperbaiki lingkungan dan perumahan yang baik (misalnya; mengurangi kepadatan penduduk, ventilasi yang cukup dsb).

2. Spesific protection/ melakukati perlindungan yang spesifik.
Usaha-usaha yang perlu dilakukan adalah :
1) Melakukan immunisasi, seperti BCG.
2) Menghindari/mengurangi kedekatan dengan penderita Tuberkulosis paru.
3) Melakukan pasteurisasi susu sapi (mengindari susu sapi yang terkena Tuberkulosis paru)

Pada saat sakit
1. Pencegahan dini dan pengobatan yang tepat.
Usaha-usaha yang dilakukan adalah :
1) Melakukan diagnose secara cepat dan tepat
2) Memberikan obat yang tepat
3) Menganjurkan pada penderita batuk yatng baik/tidak meludah sembarangan.
4) Makan makanan yang bergizi.
5) Perbaikan sarana lingkungan dan perumahan.
6) Olah raga yang teratur dan tidur yang cukup.
7) Menghindari penggunaan NAPZA dan perilaku sex yang menyimpang.
8) Menghindari stres yang berlebihan.
9) Melakukan case finding (mencari kasus-kasus baru yang dicurigai menderita Tuberkulosis paru, khususnya keluarga dekat/tetangga penderita) dengan cara pemeriksaan foto dada secara massal atau pemeriksaan dahak secara massal).

2. Disability limition/pembatasan kecacatan.
Usaha yang dilakukan:
1) Pengobatan tepat
2) Kontrol secra berkala
3) Sama dengan usaha-usaha health promotion.

Sesudah sakit
Usaha-usaha yang dilakukan
1) Kontrol secara berkala.
2) Sama-sama usaha-usaha health promotion
3) Memberikan pengertian kepada keluarga/masyarakat agar mau menerima penderita sebagaimana dia sebelum sakit

0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Home Interiors