Jumat, 28 Mei 2010

Toxic shock syndrome (TSS)

Toxic shock syndrome (TSS) adalah racun penyakit yang diperantarai multisystem dipicu oleh infeksi dengan Staphylococcus aureus atau baik grup A Streptococcus (GAS), juga disebut Streptococcus pyogenes. Sindrom klinis yang ditandai oleh serangan cepat demam tinggi, hipotensi, ruam menyebar (petechial atau maculopapular), myalgia parah, muntah, diare, sakit kepala, dan kelainan neurologis nonfocal. Kematian tinggi.
TSS pertama kali dijelaskan pada anak-anak pada tahun 1978. Laporan berikutnya diidentifikasi tampon sebuah asosiasi dengan penggunaan oleh wanita haid. Pada tahun 1980-an, Cone awalnya dilaporkan dan kemudian ditandai GAS Stevens sebagai patogen yang bertanggung jawab untuk infeksi jaringan lunak invasif diantar oleh beracun shock-seperti sindrom. The streptococcus TSS identik dengan stafilokokal TSS (STSS), kecuali bahwa biasanya budaya darah positif staphylococci di STSS. Memproduksi toksin-S aureus strain menginfeksi atau menjajah orang-orang yang memiliki faktor risiko untuk perkembangan sindrom. Kebanyakan kasus berhubungan dengan stafilokokal toksin, sekarang disebut TSS toksin-1 (TSST-1).
GAS adalah aerobik organisme gram positif yang membentuk rantai dan merupakan penyebab penting infeksi jaringan lunak. GAS invasif bisa menyebabkan infeksi fasiitis nekrotikans dan spontan gangren myositis. Peningkatan jumlah GAS parah infeksi yang terkait dengan shock dan kegagalan organ telah dilaporkan. Infeksi ini disebut streptokokus TSS.


Deskripsi streptococcus M protein dan racun.
Patofisiologi
Bakteriologi
M protein virulen yang penting penentu GAS; strain kekurangan protein M kurang virulen. M protein adalah protein berserat berlabuh ke membran sel, yang memiliki sifat antiphagocyte. M tipe 1, 3, 12, dan 28 adalah isolat yang paling umum ditemukan pada pasien dengan syok dan kegagalan multiorgan; lebih lanjut, 3 berbeda streptococcus pyrogenic exotoxins (yaitu, A, B, C) juga telah diidentifikasi. Racun ini menyebabkan cytotoxicity dan pyrogenicity dan meningkatkan efek mematikan endotoksin. Baru-baru ini, yang super antigen streptokokus, sebuah pyrogenic eksotoksin, telah diisolasi dari sebuah M-3 galur.
Mekanisme shock dan kerusakan jaringan
Kolonisasi atau infeksi dengan strain tertentu S aureus dan GAS diikuti oleh produksi 1 atau lebih racun. Racun ini diserap secara sistemik dan menghasilkan manifestasi sistemik TSS pada orang yang tidak memiliki pelindung antibodi antitoksin. Kemungkinan mediator dari efek dari racun yang sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF). Mendorong Pyrogenic exotoxins sel mononuklear manusia untuk mensintesis TNF-alpha, IL-1-beta, dan interleukin 6 (IL-6).
TSS mungkin berkaitan dengan kemampuan pyrogenic exotoxins dari GAS dan enterotoxin S aureus untuk bertindak sebagai super antigen. Exotoxins ini dan beberapa stafilokokal racun (misalnya, TSST-1) dapat merangsang respons sel T melalui kemampuan mereka untuk mengikat untuk kedua kelas II histocompatibility utama kompleks antigen-sel menyajikan dan T-sel reseptor. Racun-racun ini mengikat rantai beta variabel daerah (V-beta) elemen pada reseptor sel T dan sekaligus mengikat kelas II histocompatibility utama pengolahan antigen-sel. Mekanisme ini bypasses antigen klasik dan prosedur pengolahan hasil dalam T-sel yang berlebihan proliferasi.
Antigen mengaktifkan konvensional hanya sekitar 0,01% menjadi 0,1% dari populasi sel T, sedangkan, yang superantigens digerakkan 5-30% dari seluruh populasi T-sel. Efek bersih adalah produksi besar sitokin yang mampu menengahi shock dan cedera jaringan. Exotoxins lain (misalnya, streptolysin O, eksotoksin B) dan komponen dinding sel juga inducers penting TNF-alfa dan IL-1 dan IL-6. Both TNF-alpha and IL-1-beta play a role in the pathogenesis of TSS. Kedua TNF-alfa dan IL-1-beta berperan dalam patogenesis TSS.
Frekuensi
Amerika Serikat
Perkiraan dari studi berdasarkan populasi telah mendokumentasikan sebuah kejadian infeksi invasif GAS 1,5-5,2 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya. 8 Kira-kira 8-14% dari pasien tersebut juga akan mengembangkan TSS. 9 Sejarah infeksi varicella tajam baru-baru ini meningkatkan risiko GAS untuk infeksi dengan 62,7 kasus per 100.000 orang per tahun. Parah infeksi jaringan lunak, termasuk fasiitis nekrotikans, myositis, atau selulitis, hadir kira-kira setengah dari pasien.
STSS jauh lebih umum, walaupun prevalensi data tidak ada. Di Amerika Serikat, dari 1979-1996, 5296 kasus dilaporkan STSS. Jumlah kasus menstruasi STSS diperkirakan pada 1 per 100.000. Nonmenstrual insiden sekarang melebihi STSS menstruasi STSS setelah tampon hyperabsorbable dipindahkan dari pasar.
Mortalitas / Morbiditas
Tingkat kematian untuk streptokokus TSS adalah 30-70%. Morbiditas juga cukup tinggi, dalam satu seri, 13 dari 20 pasien menjalani prosedur pembedahan besar, seperti fasciotomy, bedah debridement, laparotomi, amputasi, atau histerektomi. Kasus tingkat kematian yang berhubungan dengan menstruasi STSS telah menurun dari 5,5% pada tahun 1980 menjadi 1,8% pada tahun 1996.

Sex
STSS paling sering terjadi pada wanita, biasanya orang-orang yang menggunakan tampon.
Usia
Beberapa penelitian telah menunjukkan tidak ada kecenderungan untuk usia tertentu baik untuk streptokokus TSS atau STSS. Namun, studi-studi lain telah melaporkan STSS menjadi lebih umum pada orang tua dengan masalah kesehatan. Dalam sebuah survei Kanada, STSS menyumbang 6% dari kasus pada individu lebih muda dari 10 tahun dibandingkan dengan 21% pada orang yang lebih tua dari 60 tahun. Selanjutnya, terkait STSS menstruasi terjadi pada wanita muda yang menggunakan tampon.
Sejarah
Kemungkinan syok toksik harus dipertimbangkan dalam setiap orang yang datang dengan tiba-tiba mengalami demam, ruam, hipotensi, gagal ginjal atau pernapasan, dan perubahan status mental.
· STSS paling sering terjadi pada wanita, biasanya orang-orang yang menggunakan tampon, TSS berkembang dalam waktu 5 hari setelah menstruasi. Pengaturan klinis yang lain di mana telah dilaporkan STSS meliputi:
o Infeksi luka bedah
o Infeksi postpartum
o Focal lesi kulit dan subkutan
o Deep abses
o Empiema
o Peritonsillar abses
o Sinusitis
o Osteomyelitis
· Infeksi jaringan lunak dari GAS termasuk fasiitis nekrotikans, myositis, atau selulitis. Yang paling umum gejala awal pasien dengan TSS streptokokus adalah menyebar atau terlokalisasi sakit yang tiba-tiba dan parah. Perwujudan lain meliputi:
o Seperti sindrom influenza
o Demam
o Kebingungan
o Tanda-tanda infeksi jaringan lunak
· Sekitar 20% dari pasien dengan STSS memiliki sindrom yang ditandai oleh seperti flu berikut:
o Demam
o Menggigil
o Myalgia
o Mual
o Muntah
o Diare
o Laporan Lain melaporkan jenis infeksi radang paru-paru, bakteremia tidak dikenal, situs bedah infeksi, septic arthritis, thrombophlebitis, meningitis, infeksi panggul, dan endophthalmitis.
· Common menyajikan gejala dan frekuensi STTS adalah sebagai berikut :
o Nyeri (44-85%)
o Muntah (25-26%)
o Mual (20%)
o Diare (14-30%)
o gejala seperti flu (14-20%)
o Sakit kepala (10%)
o Dyspnea (8%)
· Faktor-faktor risiko berikut telah dilaporkan dikaitkan dengan STSS:
o Pasien dengan HIV, diabetes, kanker, etanol penyalahgunaan, dan penyakit kronis lainnya
o Pasien dengan sejarah baru-baru ini infeksi varicella (cacar air)
o Pasien yang menggunakan non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID)
Fisik
Demam adalah presentasi yang paling umum tanda, meskipun pasien shock mungkin hadir dengan hipotermia. Shock jelas pada saat rawat inap atau dalam waktu 4-8 jam untuk semua pasien. Pasien menjadi sangat hypotensive dan tidak menanggapi cairan intravena administrasi. Disfungsi ginjal berlangsung atau berlangsung dalam semua pasien, mendahului kejutan pada banyak pasien, dan terlihat lebih awal. Sindrom gangguan pernapasan akut terjadi dalam 55% dari pasien dan memerlukan ventilasi mekanis.
Menyeluruh mencari situs yang mungkin stafilokokal Streptococcus dan infeksi adalah suatu keharusan. Luka bedah harus hati-hati menguji bahkan jika tidak ada tanda-tanda infeksi yang jelas. Pemeriksaan vagina dan penghapusan tampon atau benda asing lainnya harus keharusan.
· Kebingungan hadir di 55% dari pasien, dan koma atau agitasi dapat terjadi.
· Hampir 50% dari pasien normotensive pada presentasi tetapi menjadi hypotensive dalam waktu 4 jam.
· Sekitar 80% pasien mempunyai tanda-tanda klinis infeksi jaringan lunak (misalnya, pembengkakan lokal, eritema), yang biasanya berkembang menjadi fasiitis nekrotikans atau myositis.
· Sekitar 20% dari pasien memiliki berbagai presentasi klinis, termasuk yang berikut:
o Endophthalmitis
o Myositis
o Perihepatitis
o Peritonitis
o Miokarditis
· Scarlatinalike diffuse erythema terjadi pada 10% pasien.
· Kulit manifestasi dari infeksi streptokokus adalah sebagai berikut:
o Bullae
o Scarlet fever-seperti ruam
o Petechiae atau ruam maculopapular
o Desquamation
· Kemungkinan harus STSS dihibur dalam setiap pasien yang datang dengan tiba-tiba mengalami demam, ruam, hipotensi, dan bukti toksisitas sistemik. Lima kategori klinis diperlukan untuk diagnosis, sebagai berikut (Centers for Disease Control and Prevention, 1990):
Demam
Sebuah baur makula erythroderma
Desquamation - Terjadi 1-2 minggu setelah mulai sakit, melibatkan telapak tangan dan kaki
Hipotensi (tekanan darah sistolik <90> 2 kali batas atas normal)
c. Membran mukosa - vagina, oropharyngeal, atau eritema conjunctival
d. Ginjal - BUN atau kreatinin serum lebih dari 2 kali batas atas normal
e. Hepatic - transaminases Bilirubin atau lebih besar daripada 2 kali batas atas normal
f. Hematological - Trombosit kurang dari 100.000
g. Sistem saraf pusat - Kebingungan atau perubahan dalam focal kesadaran tanpa tanda-tanda
· Common menyajikan gejala dan frekuensi STTS adalah sebagai berikut:
Tachycardia (80%)
Demam (70-81%)
Hipotensi (44-65%)
Kebingungan (55%)
Localized eritema (44-65%)
pembengkakan dan eritema (30-75%)
Scarlatiniform ruam (0-4%)
· Streptococcus definisi kasus TSS (grup Bekerja definisi, JAMA 1993)
Isolasi GAS (S pyogenes) dari situs yang biasanya steril, misalnya, darah, cairan serebrospinal, cairan pleura (kasus tertentu), atau situs nonsterile (kemungkinan kasus) dan hipotensi (tekanan sistolik £ 90 mm Hg pada orang dewasa atau kurang dari persentil kelima untuk anak-anak)
Multiorgan keterlibatan, sebagaimana dibuktikan oleh minimal 2 dari berikut ini:
i. Ginjal - tingkat kreatinin lebih dari 177 μmol / L untuk orang dewasa atau dua kali batas atas normal untuk usia atau lebih dari dua kali lipat tingkat dasar untuk pasien dengan penyakit ginjal
ii. Koagulopati - platelet count kurang dari 100 x 10 6 / L atau koagulasi intravaskular diseminata
iii. Keterlibatan hati - Alanin aminotransferase, aspartat aminotransferase, atau tingkat bilirubin total lebih dari dua kali batas normal untuk usia atau lebih dari dua kali baseline pada pasien dengan penyakit hati kronis
iv. Keterlibatan paru - Dewasa sindrom gangguan pernapasan atau bukti menyebar sindrom kebocoran kapiler
v. Generalized erythematous ruam makular
vi. Jaringan lunak nekrosis (fasiitis infeksi, fasiitis myositis, atau ganggren)
Penyebab
· Akuisisi infeksi
o Faktor-faktor risiko untuk pengembangan STSS adalah penggunaan tampon, kolonisasi vagina dengan memproduksi toksin-S aureus, dan kurangnya serum antibodi terhadap toksin stafilokokal. STSS juga telah terjadi penggunaan berikut untuk prosedur tampon hidung telinga, hidung, dan tenggorokan .

Kamis, 20 Mei 2010

Bakteri MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus)

                             

Pada tahun 2007, bakteri Staphylococcus aureus dapat menjangkit suatu penyakit baru. Bakteri ini dapat memakan daging pada manusia, berawal dari seorang koki di Chigago. Sebelum terkena bakteri MRSA koki profesional tersebut sangat menikmati hidupnya. Hidupnya berubah 180 derajat pada Maret 2007 ketika Tanya yang berusia 30-an tahun meregang nyawa melawan MRSA. Awalnya, Tanya sedang memotong seledri dan tanpa sengaja jarinya terluka. Saat itu Tanya berpikir kecelakaan kecil itu adalah hal biasa, dia hanya membersihkan luka dengan alkohol dan memplesternya dan kemudian bekerja lagi. Keanehan terjadi setelah beberapa jam, saat mengangkat panci dirinya merasakan nyeri yang teramat sangat. Sembilan jam kemudian rasa sakit itu semakin parah dan dia memutuskan ke rumah sakit. Saat di rumah sakit Tanya diberi pil dan oleh dokter diminta istirahat di rumah. Tapi malam hari suhunya melonjak tinggi dia merasakan ada yang tidak beres dari luka kecil saat memotong seledri. Ternyata bakteri MRSA telah masuk dan bergerak cepat menggerogoti dagingnya. Dalam waktu 60 jam jarinya habis dimakan bakteri. Tanya tertular bakteri pemakan daging dan 9 dokter harus bekerja mati-matian untuk menyelamatkan hidupnya. Para dokter menyaksikan bagaimana bakteri mematikan itu melompat dari lengan ke dadanya tepat di depan mata mereka. Dokter mengamputasi lengan dan bahu kanan Tanya, tapi kemudian menyadari bakteri itu telah menyebar ke payudara kanan. Dokter bedah memutuskan untuk melakukan pengangkatan penuh karena itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidup Tanya. Beruntung Tanya masih bisa hidup meski dokter harus mengoperasi 9 kilogram daging dan otot untuk membersihkan tubuhnya dari bakteri. Kini yang tersisa di tubuh Tanya tidak lebih dari lapisan tipis kulit untuk melindungi tulang rusuknya dan paru-paru kanannya. “Bahkan cocokan peniti pun bisa langsung menembus ke paru-paru dan aku bisa mati”, kata Tanya sambil memperlihatkan rangka tulangnya seperti dikutip oleh itelly0u. Penyakit MRSA masih terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia . Tapi di AS, sudah menyebabkan 19.000 orang meninggal karena terinfeksi bakteri ini. Seperti apa penyakit MRSA? MRSA atau methicillin-resistant Staphylococcus aureus adalah salah satu tipe bakteri Staphylococcus yang ditemukan pada kulit dan hidung yang kebal terhadap antibiotik. Setiap tahunnya lebih dari 90.000 warga Amerika Serikat berpotensi terinfeksi bakteri ini. Jumlah kematian akibat infeksi bakteri MRSA lebih banyak dibandingkan dengan angka kematian akibat AIDS. Saat ini diketahui ada dua tipe dari MRSA seperti dikutip oleh itelly0u, yaitu: Healthcare-Associated (HA-MRSA) yang biasanya ditemukan di rumah sakit dan tempat-tempat kesehatan lainnya. Serta Community-Associated (CA-MRSA) yang baru-baru ini ditemukan penyebarannya pada tempat-tempat umum seperti tempat fitnes, tempat penyimpanan barang (loker), sekolah dan perabotan rumah tangga. Bakteri MRSA biasanya menginfeksi orang atau anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah, jika daya tahan tubuhnya tinggi tidak akan menimbulkan gejala apapun. Bakteri yang dibawa oleh orang tersebut bisa berpindah ke orang lain dan menyebar dengan mudah melalui kontak kulit dan menyentuh barang yang sudah terkontaminasi. MRSA sama seperti bakteri Staphylococcus lainnya, yang terlihat seperti infeksi kulit, jerawat, ruam, bisul atau gigitan laba-laba. Infeksi ini biasanya menyakitkan, merah dan bengkak. Infeksi ini bisa dengan cepat masuk ke dalam tubuh, menimbulkan bengkak yang menyakitkan. Bakteri ini dapat menembus ke dalam tubuh sehingga berpotensi menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, luka bedah, aliran darah, jantung dan paru-paru yang bisa mengancam jiwa. Infeksi MRSA lebih sering menyebar di masyarakat, bahkan diantara anak-anak dan orang dewasa yang sehat sekalipun. Karena bakteri ini bisa menyebar dalam jarak yang dekat. Untuk itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksi bakteri MRSA ini, yaitu: Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air hangat minimal selama 15 detik. Tutup luka pada kulit dengan perban yang bersih sampai sembuh. Jangan berbagi barang pribadi dengan orang lain, terutama barang yang berhubungan dengan kontak kulit seperti handuk atau pisau cukur. Cuci barang dengan menggunakan desinfektan (1 sendok makan desinfektan dilarutkan dalam 1 liter air). Pastikan menggunakan kain yang bersih untuk menyekanya. Jika Anda berpikir bahwa Anda atau siapa pun dalam keluarga memiliki kemungkinan terinfeksi MRSA, segera hubungi ahli kesehatan. Terutama jika infeksi besar, menyakitkan, hangat jika disentuh atau tidak sembuh-sembuh dengan sendirinya.

Kulit Delima Sebagai Penawar MRSA
Selama ini orang tahu bahwa buah delima mengandung antioksidan yang tinggi, sehingga bisa melindungi orang dari radikal bebas di dalam tubuhnya. Kulit dari buah delima ini juga efektif melawan infeksi bakteri MRSA. Ilmuwan telah menciptakan salep yang berguna untuk melawan infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia yang terkandung dalam kulit buah delima. Peneliti menggabungkan kulit delima dengan produk alami lainnya untuk menghasilkan obat yang efektif melawan infeksi. Diharapkan nantinya bisa mengarah pada pembentukan lotion di rumah sakit atau pembuatan antibiotik baru. Metode baru dalam menangani infeksi ini harus lebih berkembang karena saat ini banyak kuman yang sudah resisten terhadap antibiotik biasa. "Kami menemukan kombinasi tiga bahan yaitu kulit delima, vitamin C dan garam logam bisa memberikan efek yang jauh lebih kuat dalam membunuh atau menghambat mikroba yang resisten terhadap obat agar tidak dapat tumbuh," ujar Profesor Declan Naughton, ilmuwan biomolekuler dari University of Kingston, Surrey, Inggris. Prof Naughton berpendapat salah satu cara untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik adalah dengan cara menyelidiki produk-produk alami. Sebagian besar berasal dari tanaman obat-obatan dan mencoba menemukan satu molekul aktif tertentu dari tanaman tersebut. Campuran ketiga bahan tersebut memberikan efek sinergi (menguatkan) yaitu jika ketiga komponen tersebut digabungkan akan memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan manfaat dari masing-masing komponen. Dengan menggunakan produk alami, berarti pasien memiliki sedikit efek samping. Namun untuk salep delima ini masih dibutuhkan waktu lagi sebelum nantinya bisa dipasarkan. Penelitian yang telah berlangsung selama 3 tahun ini baru sebatas melakukan pengujian terhadap bakteri MRSA di laboratorium. Dibutuhkan pengujian lebih lanjut lagi untuk melihat efektifitas dari salep ini jika digunakan pada pasien yang dirawat di bangsal rumah sakit. "Berdasarkan pengamatan, fakta menunjukkan hasil ini sangat signifikan meskipun baru penelitian awal atau in vitro. Kebutuhan antibiotik saat ini sangat tinggi dan kebanyakan antibiotik yang efektif justru berasal dari alam," ujar Profesor Anthony Coates, ahli mikrobiologi medis di St George's Hospital, London.

Sumber : http://Dailymail/com.
  http://itelly0u.wordpress.com.


Selasa, 18 Mei 2010

Bakteri Salmonella typhi



                                                                      Bakteri Salmonella typhi


Meskipun sebagian besar bakteri tidak berbahaya atau menguntungkan, beberapa bakteri patogen dapat menyebabkan penyakit infeksi. Bakteri yang paling umum penyakit TBC, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang berdampak sekitar 2 juta orang kebanyakan di sub-Sahara Afrika. Bakteri patogenik berkontribusi pada penyakit penting global lainnya, seperti radang paru-paru, yang dapat disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus dan Pseudomonas, dan penyakit bawaan makanan, yang dapat disebabkan oleh bakteri seperti Shigella, Campylobacter dan Salmonella. Bakteri patogen juga menyebabkan infeksi seperti tetanus, tifus, difteri, sifilis dan lepra. Bakteri sering dapat dibunuh oleh antibiotik. Mereka biasanya berkisar antara 1-5 mikrometer panjangnya. Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus). Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis, karena berhubungan dengan usus pada perut. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypi dan Salmonella parathypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong. Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal). Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi 


Cara Penularan
Salmonella thypi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida), antigen H(flagella), antigen V1 dan protein membran hialin Salmonella parathypi A.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Penyakit Tipes dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan kuman Tipes. Bila anda sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan atau minuman yang Anda konsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri Tipes , Salmonella typhosa, kotoran, atau air kencing dari penderita Tipes.


Gejala-gejala dan Upaya Pencegahan
 Gejala – gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam hari. Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu. Umumnya paginya sudah merasa baikan, namun ketika menjelang malam kondisi mulai menurun lagi.
2. Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa tidak enak di perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare.
3. Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai menurun.
 Upaya Pencegahan
Untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini kini sudah ada Vaksin Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun. Mintalah Dokter anda memberikan imunisasi tersebut.
Atau dapat dengan cara :
1. Usaha terhadap lingkungan hidup :
 Usaha terhadap manusia
 Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
 Pemberantasan lalat.
 Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia :
 Imunisasi
 Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene.

Pengobatan
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa apa-apa ( setidaknya ini yang saya rasakan ketika menderita penyakit ini). Yang perlu diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak ( sesuai ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1 Kaps/hr. (untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat Typus). Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika (dijelaskan pada paragraf berikutnya), serta pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll yg diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali

Senin, 17 Mei 2010

Secara sadar atau tidak sadar, kehidupan kita tidak bisa terlepas dari mikroba, terutama bakteri. Bakteri di sekitar kita berukuran sangat keci, tetapi memiliki dampak yang besar bagi kehidupan. Sebagian besar bakteri memiliki dampak negatif bagi kehidupan. Berikut ini adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

Penyakit Tuberkulosis (TBC)
Mycobacterium tuberculosis (MTB) adalah spesies bakteri patogen dalam genus Mycobacterium dan agen penyebab kebanyakan kasus tuberkulosis. Pertama ditemukan pada tahun 1882 oleh Robert Koch, M. tuberkulosis tidak biasa, lapisan lilin pada permukaan sel (terutama asam mycolic), yang membuat sel-sel kebal terhadap teknik Pewarnaan Gram; dan asam-cepat. Fisiologi M. tuberculosis sangat aerobik dan membutuhkan oksigen tingkat tinggi. Bersifat patogen pada sistem pernapasan mamalia, MTB menginfeksi paru-paru, menyebabkan tuberkulosis.
Genom M. tuberculosis ini diurutkan pada tahun 1998. M. tuberculosis memerlukan oksigen untuk tumbuh. Ia tidak mempertahankan sifat bakteriologis apapun akibat kandungan lemak tinggi dalam dinding, dan dengan demikian bukanlah Gram positif maupun Gram negatif; maka digunakanlah pewarnaan Ziehl-Neelsen, atau asam-cepat. Sementara mikobakteri tampaknya tidak cocok dengan kategori Gram-positif dari sudut pandang empiris (yaitu, mereka tidak menyimpan sinar kristal violet), mereka digolongkan sebagai bakteri Gram-positif asam-cepat karena hilangnya membran sel yang luar.
M. tuberculosis membelah setiap 15-20 jam, sangat lambat dibandingkan dengan bakteri lainnya, yang cenderung memiliki waktu pembelahan diukur dalam menit Escherichia coli dapat membagi kira-kira setiap 20 menit). Bakteri ini adalah basil kecil yang dapat menahan desinfektan lemah dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering selama berminggu-minggu. Dinding selnya tidak biasa, kaya lipid (misalnya, asam mycolic), mungkin bertanggung jawab atas penolakan ini dan merupakan faktor virulensi utama.
Ketika di paru-paru, M. tuberculosis diambil oleh alveolar makrofag, tetapi mereka tidak mampu mencerna bakteri. Dinding selnya mencegah fusi dari fagosom dengan lisosom. Secara khusus, M. tuberculosis memblok molekul yang menjembatani, awal endosomal autoantigen 1 (EEA1); Namun, blokade ini tidak mencegah fusi vesikula penuh dengan nutrien. Akibatnya, bakteri berkembang biak tak terkendali di dalam macrophage. Bakteri juga membawa gen UreC, yang mencegah peningkatan keasaman dari fagosom. Bakteri juga menghindari pembunuhan macrophage dengan menetralkan nitrogen intermediet reaktif.
Kemampuan untuk membangun M. tuberculosis mutan dan menguji produk gen individu untuk fungsi-fungsi tertentu secara signifikan telah mengembangkan secara signifikan pemahaman kita tentang patogenesis dan faktor virulensi M. tuberculosis. Diketahui banyak protein disekresikan dan diekspor penting dalam patogenesis.

Variasi Strain
M. tuberculosis tampaknya secara genetis beragam. This genetic diversity results in significant phenotypic differences between clinical isolates. Keragaman genetik ini menghasilkan perbedaan fenotipik yang signifikan antara isolat klinis. M. tuberculosis menampilkan regangan struktur populasi biogeographic dan garis keturunan yang berbeda yang terkait dengan wilayah geografis yang berbeda. Studi fenotipik menunjukkan bahwa variasi jenis virus ini tidak pernah memiliki implikasi untuk pengembangan diagnostik dan vaksin baru. Mikro-evolusi variasi relatif mempengaruhi kebugaran dan dinamika penularan strain resisten antibiotik.

Hypervirulent strain
Wabah Mycobacterium biasanya disebabkan oleh strain hypervirulent M. tuberculosis. Dalam percobaan laboratorium, isolat klinis tersebut menimbulkan Immunopathology tidak biasa dan mungkin baik hyperinflammatory atau hypoinflammatory. Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar mutan hypervirulent telah menghilangkan enzim modifikasi dalam dinding sel atau regulator yang menanggapi rangsangan lingkungan. Studi-studi tentang mutan ini mengindikasikan mekanisme kemampuan M. tuberculosis untuk menutupi penuh potensi patogen, merangsang sebuah Granuloma yang menyediakan ceruk pelindung dan memungkinkan bakteri untuk mempertahankan infeksi berkepanjangan.


Bakteri Mycobacterium tuberculosis

Definisi Penyakit Tuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri MTB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar bakteri TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Bakteri Tuberkulosis : Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Cara Penularan :
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Resiko Penularan :
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara 1 - 2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.

Riwayat terjadinya Tuberkulosis
Infeksi Primer :
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) :
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis :
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru. Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.

Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati :
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai ?kasus Kronik? yang tetap menular (WHO 1996).

Pengaruh Infeksi HIV :
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Gejala - gejala Tuberkulosis
Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :
Dahak bercampur darah.
Batuk darah.
Sesak napas dan rasa nyeri dada.
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

Penemuan pederita Tuberkulosis (TB)
Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Orang Dewasa.
Penemuan penderita TB dilakukan secara Pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan Passive Promotive Case Finding. Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian.Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu pagi, sewaktu (SPS).

Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Anak.
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberkulin.

Pencegahan
Pencegahan ini meliputi :
Sebelum terjadinya sakit
1. Health promotion/promosi kesehatan
Usaha-usaha yang dilakukan yaitu mempertinggi daya tahan tubuh seperti:
1) Makanan yang bergizi (seimbang)
2) Olah raga yang teratur.
3) Memeriksakan diri secara teratur (ceck up)
4) Tidur yang Cukup
5) Menghindari penggunaan NAPZA, seperti; narkotika, alkohol, rokok dan sebagainya.
6) Menghindari melakukan perilaku sex yang menyimpang (misalnya; berganti-ganti pasangan dsb).
7) Mengurangi stres yang berlebihan (misalnya; rekreasi yang cukup).
8) Memperbaiki lingkungan dan perumahan yang baik (misalnya; mengurangi kepadatan penduduk, ventilasi yang cukup dsb).

2. Spesific protection/ melakukati perlindungan yang spesifik.
Usaha-usaha yang perlu dilakukan adalah :
1) Melakukan immunisasi, seperti BCG.
2) Menghindari/mengurangi kedekatan dengan penderita Tuberkulosis paru.
3) Melakukan pasteurisasi susu sapi (mengindari susu sapi yang terkena Tuberkulosis paru)

Pada saat sakit
1. Pencegahan dini dan pengobatan yang tepat.
Usaha-usaha yang dilakukan adalah :
1) Melakukan diagnose secara cepat dan tepat
2) Memberikan obat yang tepat
3) Menganjurkan pada penderita batuk yatng baik/tidak meludah sembarangan.
4) Makan makanan yang bergizi.
5) Perbaikan sarana lingkungan dan perumahan.
6) Olah raga yang teratur dan tidur yang cukup.
7) Menghindari penggunaan NAPZA dan perilaku sex yang menyimpang.
8) Menghindari stres yang berlebihan.
9) Melakukan case finding (mencari kasus-kasus baru yang dicurigai menderita Tuberkulosis paru, khususnya keluarga dekat/tetangga penderita) dengan cara pemeriksaan foto dada secara massal atau pemeriksaan dahak secara massal).

2. Disability limition/pembatasan kecacatan.
Usaha yang dilakukan:
1) Pengobatan tepat
2) Kontrol secra berkala
3) Sama dengan usaha-usaha health promotion.

Sesudah sakit
Usaha-usaha yang dilakukan
1) Kontrol secara berkala.
2) Sama-sama usaha-usaha health promotion
3) Memberikan pengertian kepada keluarga/masyarakat agar mau menerima penderita sebagaimana dia sebelum sakit

Jumat, 14 Mei 2010

PENYAKIT GONORHOE

BAKTERI Neisseria gonorrhoeae PENYEBAB PENYAKIT GONORHOE (KENCING NANAH)

Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).
Dalam kehidupan manusia bakteri ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Salah satu jenis bakteri yang merugikan adalah Neisseria gonorrhoeae. Bakteri Neisseria gonorrhoeae menyebabkan penyakit ghonore (kencing nanah) yang merupakan penyakit menular seksual yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi (Alcamo, 2001).



GEJALA
• Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.
• Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.

PENULARAN
• Gonorrhea merupakan penyakit menular seksual yang gampang menyebar. Berbagai bentuk penetrasi seksual, entah oral, anal atau vaginal dapat menularkan gonorrhea.
• Penderita gonorrhea dapat menginfeksi area lain di tubuhnya dengan hanya menyentuh area terinfeksi dan mentransfer ekskresi. Gonorrhea mungkin juga menyebar di pakaian, bahkan tempat cucian.
• Jika tempat cucian bekas dipakai mencuci pakaian yang terinfeksi bakteri ini, dan tempat yang sama dipakai orang lain tak lama sesudahnya, penularan infeksi bisa terjadi (Martinko, 1995).

KOMPLIKASI
Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan (Hugenholtz, 1998).

PENCEGAHAN
Untuk mencegah penularan gonore, digunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Alcamo IE. 2001. Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-1067-9.

Anonym. 2008. Neisseria gonorrhoeae http://adienaukke.blogspot.com/2008/ 08/neisseria-gonorrhoeae.html

Atlas RM. 1995. Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4.

Cutillas, rosario. 2006. Gonore Penyakit Menular Seksual. http://www.ranesi. nl/tema/kesehatan050926/gonore_pms060419

Diare Akut Disebabkan Bakteri

Diare Akut Disebabkan Bakteri

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.

PATOFISIOLOGI
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.

Beberapa Bakteri Penyebab Diare Infeksi Akut
a. Infeksi non-invasif.
Bakteri yang menyebabkan Diare pada infeksi non-invasif antara lain Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Vibrio cholerae, Escherichia coli patogen,
b. Infeksi Invasif
Bakteri yang menyebabkan Diare pada infeksi invasif antaralain Shigella, Salmonella nontyphoid, Salmonella typhi, Campylobakter, Vibrio non-kolera, Yersinia, Aeromonas, Plesiomonas shigelloides.

A. Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya.

B. Anti biotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan (tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
C. Obat anti diare
• Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak.

•Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
• Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.
• Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
• Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
PENCEGAHAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentangkeamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA
Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.
Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50.
Zein, Umar, dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Diakses melalui. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf. Pada tanggal 30 April 2010.

Senin, 10 Mei 2010

                                 PENYAKIT MENINGITIS (RADANG SELAPUT OTAK)
 
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang yang disebabkan oleh organisme bakteri yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Meningitis paling sering menyerang anak-anak usia 1 bulan- 2 tahun. Lebih jarang terjadi pada dewasa, kecuali mereka yang memiliki faktor resiko khusus.

A. Gejala Penyakit Meningitis
Gejala-gejala meningitis yang disebabkan oleh bakteri bisa muncul dalam beberapa jam. Meningitis yang disebabkan oleh virus juga bisa muncul dengan cepat atau dalam beberapa hari. Berikut merupakan tanda dan gejala kedua meningitis tersebut. Tidak semua gejala akan muncul berurutan. Demam, sakit kepala, serta kaku leher merupakan gejala-gejala utama meningitis.
• Demam tinggi tiba-tiba
• Sakit kepala parah yang terus-menerus
• Leher kaku dan sakit sehingga sangat sulit untuk mendekatkan dagu   ke dada.
• Pusing dan muntah, kadang-kadang disertai dengan diare
• Kebingungan
• Mengantuk dan kelelahan
• Mata sakit dan sangat sensitif terhadap cahaya terang
• Otot atau persendian sakit atau terasa lemas

Tanda dan gejala lain meningitis
Berikut merupakan tanda dan gejala lain dari meningitis: 
• Warna kulit yang tidak normal
• Kejang perut
• Tangan dan kaki dingin seperti es
• Pusing
• Muncul bintik-bintik kemerahan atau kecoklatan di kulit
• Mati rasa dan perih

Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui, namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui.

B. Bakteri Yang Menyebabkan Penyakit Meningitis
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).

 
2. Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.

 
3. Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.

 
4. Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).

 
5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.

C. Penanganan dan Pengobatan Penyakit Meningitis
Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai penyebabnya.
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone.
Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain sebagainya. 

D. Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.
Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun vaccine yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah:
• Haemophilus influenzae type b (Hib)
• Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
• Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)
• Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Radang Selaput Otak (Meningitis) Masih Mengancam Anak. Di akses melalui. http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-meningitis.html. Pada Tanggal 13 Maret 2010.

Anonim. 2008. Waspadai Gejala Meningitis. Diakses melalui. http:// Mikrobiologi/waspadai-gejala-meningitis.html. Pada tanggal 13 Maret 2010.
Adamzoomy. 2009. Penyakit Meningitis. Artikel Kesehatan. Minggu 22 November 2009. 
Anonim. 2009. Kenali Gejala Awal Meningitis. Diakses melaui. http:// Mikrobiologi/Kenali-Gejala-Awal-Meningitis-11136.html. Pada tanggal 13 Maret 2010.
Anonim. 2010. Haemophilus influenzae. Di akses melalui. http://feww.files.wordpress.com/2010/01/ Haemophilus-influenzae.jpg. Pada tanggal 13 Maret 2010.

Anonim. 2010. Listeria monocytogenes. Di akses melalui. http://feww.files.wordpress.com/2010/01/listeria-monocytogenes.jpg. Pada tanggal 13 Maret 2010.

Anonim. 2010. Neisseria meningitidis. Di akses melalui. http://feww.files.wordpress.com/2010/01/ Neisseria-meningitidis.jpg. Pada tanggal 13 Maret 2010.

Anonim. 2010. Streptococcus pneumoniae. Di akses melalui. http://feww.files.wordpress.com/2010/01/streptococcus-pneumoniae.jpg. Pada tanggal 13 Maret 2010.

Kautsar, Ummu. 2008. Lebih Jauh Soal Meningitis. Diakses melalui. Http://Mikro Ter/Mikrobiologi/Lebih Jauh Soal Meningitis « Kautsar.htm. Pada tanggal 13 Maret 2010.
Prijanto, Muljati. 1998. Pembuatan dan Pengujian Antigen Neisseria meningitis Grup B untuk Pemeriksaan BTA. Diakses melalui. http:// Mikro Ter/Mikrobiologi/gdl.php.htm. Pada tanggal 13 Maret 2010.







Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Home Interiors