Kamis, 20 Mei 2010

Bakteri MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus)

                             

Pada tahun 2007, bakteri Staphylococcus aureus dapat menjangkit suatu penyakit baru. Bakteri ini dapat memakan daging pada manusia, berawal dari seorang koki di Chigago. Sebelum terkena bakteri MRSA koki profesional tersebut sangat menikmati hidupnya. Hidupnya berubah 180 derajat pada Maret 2007 ketika Tanya yang berusia 30-an tahun meregang nyawa melawan MRSA. Awalnya, Tanya sedang memotong seledri dan tanpa sengaja jarinya terluka. Saat itu Tanya berpikir kecelakaan kecil itu adalah hal biasa, dia hanya membersihkan luka dengan alkohol dan memplesternya dan kemudian bekerja lagi. Keanehan terjadi setelah beberapa jam, saat mengangkat panci dirinya merasakan nyeri yang teramat sangat. Sembilan jam kemudian rasa sakit itu semakin parah dan dia memutuskan ke rumah sakit. Saat di rumah sakit Tanya diberi pil dan oleh dokter diminta istirahat di rumah. Tapi malam hari suhunya melonjak tinggi dia merasakan ada yang tidak beres dari luka kecil saat memotong seledri. Ternyata bakteri MRSA telah masuk dan bergerak cepat menggerogoti dagingnya. Dalam waktu 60 jam jarinya habis dimakan bakteri. Tanya tertular bakteri pemakan daging dan 9 dokter harus bekerja mati-matian untuk menyelamatkan hidupnya. Para dokter menyaksikan bagaimana bakteri mematikan itu melompat dari lengan ke dadanya tepat di depan mata mereka. Dokter mengamputasi lengan dan bahu kanan Tanya, tapi kemudian menyadari bakteri itu telah menyebar ke payudara kanan. Dokter bedah memutuskan untuk melakukan pengangkatan penuh karena itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidup Tanya. Beruntung Tanya masih bisa hidup meski dokter harus mengoperasi 9 kilogram daging dan otot untuk membersihkan tubuhnya dari bakteri. Kini yang tersisa di tubuh Tanya tidak lebih dari lapisan tipis kulit untuk melindungi tulang rusuknya dan paru-paru kanannya. “Bahkan cocokan peniti pun bisa langsung menembus ke paru-paru dan aku bisa mati”, kata Tanya sambil memperlihatkan rangka tulangnya seperti dikutip oleh itelly0u. Penyakit MRSA masih terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia . Tapi di AS, sudah menyebabkan 19.000 orang meninggal karena terinfeksi bakteri ini. Seperti apa penyakit MRSA? MRSA atau methicillin-resistant Staphylococcus aureus adalah salah satu tipe bakteri Staphylococcus yang ditemukan pada kulit dan hidung yang kebal terhadap antibiotik. Setiap tahunnya lebih dari 90.000 warga Amerika Serikat berpotensi terinfeksi bakteri ini. Jumlah kematian akibat infeksi bakteri MRSA lebih banyak dibandingkan dengan angka kematian akibat AIDS. Saat ini diketahui ada dua tipe dari MRSA seperti dikutip oleh itelly0u, yaitu: Healthcare-Associated (HA-MRSA) yang biasanya ditemukan di rumah sakit dan tempat-tempat kesehatan lainnya. Serta Community-Associated (CA-MRSA) yang baru-baru ini ditemukan penyebarannya pada tempat-tempat umum seperti tempat fitnes, tempat penyimpanan barang (loker), sekolah dan perabotan rumah tangga. Bakteri MRSA biasanya menginfeksi orang atau anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah, jika daya tahan tubuhnya tinggi tidak akan menimbulkan gejala apapun. Bakteri yang dibawa oleh orang tersebut bisa berpindah ke orang lain dan menyebar dengan mudah melalui kontak kulit dan menyentuh barang yang sudah terkontaminasi. MRSA sama seperti bakteri Staphylococcus lainnya, yang terlihat seperti infeksi kulit, jerawat, ruam, bisul atau gigitan laba-laba. Infeksi ini biasanya menyakitkan, merah dan bengkak. Infeksi ini bisa dengan cepat masuk ke dalam tubuh, menimbulkan bengkak yang menyakitkan. Bakteri ini dapat menembus ke dalam tubuh sehingga berpotensi menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, luka bedah, aliran darah, jantung dan paru-paru yang bisa mengancam jiwa. Infeksi MRSA lebih sering menyebar di masyarakat, bahkan diantara anak-anak dan orang dewasa yang sehat sekalipun. Karena bakteri ini bisa menyebar dalam jarak yang dekat. Untuk itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksi bakteri MRSA ini, yaitu: Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air hangat minimal selama 15 detik. Tutup luka pada kulit dengan perban yang bersih sampai sembuh. Jangan berbagi barang pribadi dengan orang lain, terutama barang yang berhubungan dengan kontak kulit seperti handuk atau pisau cukur. Cuci barang dengan menggunakan desinfektan (1 sendok makan desinfektan dilarutkan dalam 1 liter air). Pastikan menggunakan kain yang bersih untuk menyekanya. Jika Anda berpikir bahwa Anda atau siapa pun dalam keluarga memiliki kemungkinan terinfeksi MRSA, segera hubungi ahli kesehatan. Terutama jika infeksi besar, menyakitkan, hangat jika disentuh atau tidak sembuh-sembuh dengan sendirinya.

Kulit Delima Sebagai Penawar MRSA
Selama ini orang tahu bahwa buah delima mengandung antioksidan yang tinggi, sehingga bisa melindungi orang dari radikal bebas di dalam tubuhnya. Kulit dari buah delima ini juga efektif melawan infeksi bakteri MRSA. Ilmuwan telah menciptakan salep yang berguna untuk melawan infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia yang terkandung dalam kulit buah delima. Peneliti menggabungkan kulit delima dengan produk alami lainnya untuk menghasilkan obat yang efektif melawan infeksi. Diharapkan nantinya bisa mengarah pada pembentukan lotion di rumah sakit atau pembuatan antibiotik baru. Metode baru dalam menangani infeksi ini harus lebih berkembang karena saat ini banyak kuman yang sudah resisten terhadap antibiotik biasa. "Kami menemukan kombinasi tiga bahan yaitu kulit delima, vitamin C dan garam logam bisa memberikan efek yang jauh lebih kuat dalam membunuh atau menghambat mikroba yang resisten terhadap obat agar tidak dapat tumbuh," ujar Profesor Declan Naughton, ilmuwan biomolekuler dari University of Kingston, Surrey, Inggris. Prof Naughton berpendapat salah satu cara untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik adalah dengan cara menyelidiki produk-produk alami. Sebagian besar berasal dari tanaman obat-obatan dan mencoba menemukan satu molekul aktif tertentu dari tanaman tersebut. Campuran ketiga bahan tersebut memberikan efek sinergi (menguatkan) yaitu jika ketiga komponen tersebut digabungkan akan memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan manfaat dari masing-masing komponen. Dengan menggunakan produk alami, berarti pasien memiliki sedikit efek samping. Namun untuk salep delima ini masih dibutuhkan waktu lagi sebelum nantinya bisa dipasarkan. Penelitian yang telah berlangsung selama 3 tahun ini baru sebatas melakukan pengujian terhadap bakteri MRSA di laboratorium. Dibutuhkan pengujian lebih lanjut lagi untuk melihat efektifitas dari salep ini jika digunakan pada pasien yang dirawat di bangsal rumah sakit. "Berdasarkan pengamatan, fakta menunjukkan hasil ini sangat signifikan meskipun baru penelitian awal atau in vitro. Kebutuhan antibiotik saat ini sangat tinggi dan kebanyakan antibiotik yang efektif justru berasal dari alam," ujar Profesor Anthony Coates, ahli mikrobiologi medis di St George's Hospital, London.

Sumber : http://Dailymail/com.
  http://itelly0u.wordpress.com.


0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Home Interiors